Mata ini masih berat untuk
kubuka. Menatap setiap kotak langit-langit kamar. Sinar mentari hangat
menyentuh sebagian raga ini. Angin bertiup memainkan setiap helai tirai yang
terbuat dari cangkang kerang itu. Suaranya sungguh khas sekali. Aku masih
terlena. Menikmati hangat selimut yang belum pernah kukenakan sebelumnya.
Hangat seperti kebersamaan dengan orang yang kita sayangi. Lembut seperti suara
tawa bahagia mereka. Ohh... betapa aku merindukan saat-saat seperti itu.
Kukedipkan mataku berkali-kali, hingga aku sadar bahwa ini sudah seharusnya aku
bangun.
“Hah? Sudah
pukul 6.?? Gawat aku bisa terlambat”. Aku langsung segera mandi. Ini adalah
hari yang begitu penting. Hari pertamaku masuk sekolah baru. Papa dan mamaku
mendaftarkan aku di suatu sekolah yang cukup terkenal di London. Sebelumnya aku
tinggal di Indonesia. Mama dan Papaku pindah ke London karena tuntutan
pekerjaan. Papaku ingin kami tinggal bersama-sama. Jadi kita semua pindah ke
London.
Setelah selesai menpersiapkan semuanya,
sragam, buku dan tak lupa uang, aku turun ke bawah untuk sarapan. Tak kudengar
suara sendok dan garpu beradu. Ruang makan begitu sepi. Aku melihat sepiring
nasi goreng dan segelas susu berada di meja. “ini sarapan pagimu”, itulah yang
tertulis di sebuah kertas kecil di dekat piring. “ya sudahlah. Apa boleh buat?
Dasar orang sibuk”, kataku sedikit jengkel. Ting-ting, suara dering sms dari
hpku. Dari mama, “supir akan mengantarkanmu ke sekolah”. Oke, jadi hari ini aku
akan diantar oleh pak Hadi. Sudah 6 tahun pak Hadi bekerja untuk keluargaku,
jadi walaupun pindah ke London, Pak Hadi ikut diajak. Kebetulan laki-laki yang
berumur 50 tahun itu hidup sebatang kara, hanya tinggal bersama kami saja.
Aku belum tau
letak sekolahku. Tapi Pak Hadi tau. Mobil BMW hitam itu sudah berada di depan
rumah, juga Pak Hadi yang terlihat lebih rapi daripada biasanya.
“Pak, mama
sama papa kemana? Sudah berangkat kerja ya?”, tanyaku.
“Sudah non,
mereka bilang banyak yang harus dikerjakan”. Jawab pak Hadi dengan sopan.
Aku lalu masuk mobil. Menuju ke
sekolah baruku. Selama dalam perjalanan, aku sibuk memikirkan bagaimana suasana
di sekolah nanti. Apakah mereka akan bersikap baik terhadapku?. Pasti akan ada
tiga orang cewek yang selalu bersama-sama membentuk sebuah geng yang namanya
begitu aneh. Mereka sibuk menjahili kaum yang lemah, hhmm sudah seperti di
sinetron saja. Tapi semoga saja itu tidak benar, ini kan London, bukan
Indonesia. Setelah 30 menit, melewati gedung-gedung tinggi, pusat perbelanjaan,
taman kota dan perpustakaan kota, sampailah aku di sekolahku. One Directon High
School. Wahhh,. Aku terkagum-kagum saat tiba disana. Bangunan megah berdiri
kokoh dalam area yang sangat luas itu.
Aku
berjalan melewati pintu gerbang yang besar dan tingggi itu, yang di atasnya terdapat
tulisan One Direction High School. Aku melihat sekelilingku, begitu indah
sekali. Di beberapa titik terdapat taman kecil yang begitu ingin aku singgahi
dan membuat beberapa foto selfie. Tapi setelah beberapa menit aku berjalan
sendirian, tak kujumpai kelas bertuliskan XI Take Me Home 1. Huh,. Aku capek
sekali. Aku lalu duduk di bawah pohon dekat lapangan basket. Memahami setiap
senti dari denah yang diberikan mamaku tadi malam. Tapi semilir angin
merenggutnya dariku. Terbang melayang dan akhirnya mendarat di dekat kaki
seseorang. Seorang laki-laki yang mengenakan kaos olahraga basket. Duduk di
kursi panjang tak jauh dari tempatku. Dia sedang membaca buku, memakai topi dan
headset terkalung di lehernya. Di lenganya terdapat tulisan Captain. Mungkin ia
seorang kapten tim basket. Aku sangat rinci melihatnya, sepertinya dia orang
yang tampan. Ku harap begitu...
Setelah
otakku bekerja keras memikirkan apa yang harus ku lakukan, sepertinya aku harus
menghampirinya. Ya, aku harus. Aku mengumpulkan semua keberanianku. Kulangkahkan
kakiku dengan pasti, menapaki setiap kotak keramik yang bersih dengan tetesan
embun di tepinya.
“Excuse me, mmm.. can you move
your feet , please.” Aku bertanya dengan terbata-bata, ini pertama kalinya aku
berbahasa inggris dengan orang luar negri secara langsung. Cukup membuatku
deg-degan.
“what? What are you say?”.
“ I just wanna take my map, it’s
near your feet. Hh..”
“ oh,. I’m sorry. Alright.” Dia
malah mengambilkannya untukku.
“Thank you”.
“You’re welcome. Are you new
student? I never met you before.” Tanya dia.
“ Yes, I am new student. Ok, I’m
Diana from Indonesia.” Jawabku gugup.
“ ohh,. Nice to meet you, bye”.
“Nice to meet you too..” dengan
mulut agak melongo aku meyaksikan dia pergi, sepertinya ada sesuatu yang
penting. Aku lega petaku sudah kembali. Aku masih senyum-senyum sendiri. Orang
itu sungguh tampan. By the way, tadi itu namanya siapa ya? Adduuhh,. Kenapa aku
tadi nggak tanya ya? Kok lupa sih.. Hmmm mungkin aku harus berlanjut dengan
pencarianku. Kini pikiranku aku fokuskan untuk mencari kelas XI Take Me Home
itu. Tak berapa lama kemudian aku menemukannya. Apa yang ini?, di atasnya
terdapat tulisan yang menunjukkan bahwa itu kelas yang aku cari. Hhuhh,
akhirnya...
Tapi,
pintunya tertutup. Mungkin saat ini sudah mulai pelajaran. Kulihat jam berwarna
pink di tanganku, pukul 08.00. Hah? Gawat. Lagi-lagi aku berusaha keras
mengumpulkan keberanianku untuk mengetuk pintu. Tok tok tok. Seorang wanita
cantik dan masih muda membukakan pintu. Mungkin umurnya sekitar 30 tahun. Tapi
wajahnya memerah saat melihatku. Dia tak
bisa menyembunyikan ekspresi kagetya. Lalu dia mempersilahkan aku masuk kelas.
Sebelum aku diberi waktu untuk memperkenalkan diriku, wanita itu meminta maaf
padaku..
“why?” aku bertanya tak
mengerti..
Dia menjelaskan panjang lebar.
Sebenarnya ia diperintahkan oleh Bapak kepala sekolah untuk mendampingiku,
menyambutku di gerbang depan sekolah dan mengantarkan ke kelas, tapi karena
sesuatu hal, ia lupa. Baiklah, itu sedikit menyedihkan untuk didengar.
Gara-gara ini aku harus bersusah payah mencari kelas ini. Tapi kecantikan dan
keramah tamahannya melenyapkan amarahku. Tak apalah, toh aku sudah
menemukannya..
“
Hai, Good morning. My name is Diana Clarissa Putri. You can call me Diana. I’m
from Indonesia. Nice to meet you..”. itulah ucapan perkenalanku di depan kelas.
Ms. Emma, itulah yang aku lihat pada nametag di bajunya, ia mempersilahkan aku
duduk. Tapi aku bingung, di sana ada dua bangku kosong. Di depan sendiri, tepat
di depan meja guru. Dan yang satunya di pojok kanan paling belakang. Pikiranku
pergi berkeliling mencari beberpa kemungkinan mengapa tempat itu tak ada yang
menempati. Pertama, kursi yang di depan, apakah gurunya akan menjelaskan
panjang kali lebar sehingga bukunya akan basah karena hujan lokal. Kedua, kursi
yang di belakang, apakah karena itu angker. Sungguh seperti yang ada di
sinetron. Aku benar-benar bingung.
Aku
melihat satu per satu ekspresi wajah mereka. Sungguh sulit kutebak. Aku
berpendapat bahwa apa yang terlihat di luar, belum tentu sama dengan yang di
dalam. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di belakang. Yah, cukup nyaman. Aku
menghela nafas berkali-kali. Menenangkan diriku. Tapi entah mengapa, badanku
agak sedikit menggigil. Ternyata ruangan ini ber-AC. Huh, aku
menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. Sesekali memegangi leherku untuk
mendapatkan kehangatan. Kemudian tak kusangka seseorang di sebelahku,
memberikan sebuah botol kecil. Itu minyak, katanya untuk membuat badanku
hangat..
“ This is for you, it will make
your body keep warm,..” ucap laki-laki itu..
“ Thank you,. I’m Diana”.
“ I’m Zayn” ucapnya singkat.
Aku belum bisa memalingkan
wajahku darinya. Sungguh membuatku, mmm tak bis kukatakan. Rambutnya hitam,
seperti rambutku. Jambang tipis menghisasi wajah putihnya. Alisnya tebal dan
matanya agak sedikit kecoklatan.
“ Are you okay???” tanya Zayn.
“ oh, yeah. I just...
Seseorang
menyelonong masuk. Memecah suasana yang begitu sepi. Mataku tertuju padanya.
Seseorang berbaju basket yang kutemui pagi tadi. Ia meminta maaf pada Ms. Emma
atas keterlambatannya. Kemudian ia duduk. Aku harap sebelum ia duduk, ia
melihatku dan sedikit menyimpulkan senyum untukku. Tapi tidak. Sepertinya ia
orang yang agak cuek.
***
Kepenatanku
menghilang setelah lonceng dibunyikan. Tapi aku bingung, Pak Hadi belum
menjemputku, karena ada masalah dengan mobilnya. Aku berjalan pelan melewati
setiap koridor yang agak gelap dan cukup sepi. Sendiri, sepi, dan tak ada yang
bisa ku ajak bicara. Setiap detik menguatkan detak jantungku karena aku
mendengar hentakan kaki mulai mendekatiku dari belakang. semakin kuat, semakin
dekat dan aku ingin segera keluar dari lorong yang gelap itu. Saat aku berhasil
keluar dan akhirnya tiba di taman dekat lapangan basket, tiba-tiba seseorang
menepuk pundaku. Aku berbalik badan.
“ Hey,..!!! why dou you run?”,
kata laki berseragam basket itu terengah-engah.
“ No, I don’t know it is you..”,
jawabku.
“ We are classmates, I’m Liam.
Liam Payne”. Katanya memperkenalkan diri.
“ Do you want to see me play basketball?” ia menambahkan.
“ It will be nice”, sahutku.
“ Ok, let’s go!” ia mengajakku.
Aku
duduk di kursi panjang di bawah pohon yang agak besar diantara dua lapangan.
Lapangan basket dan lapangan tenis. Kebetulan hari ini jam pelajaran berakhir
lebih awal. Aku bisa bersantai di sini, bersama semilir angin yang kelihatannya
senang memainkan helai rambutku yang sengaja tak aku ikat. Aku melihat Liam
bermain basket. Tak heran jika ia menjadi kapten. Permainannya sangat
menakjubkan. Aku heran, saat ini aku sedang melihat permainan basket yang
sebelumnya jarang aku lihat. Dan akupun tak tau peraturan dan cara bermainnya.
Tapi aku pikir, kenapa ya orang yang berhubungan dengan basket selalu keren???.
Tak
terasa sudah hampir satu jam aku duduk di sini. Tersihir dengan kepiawaiannya
bermain basket. Sunggguh luar biasa. Aku hendak menghampirinya, tapi dering
ponsel menghentikanku. Pak Hadi meneleponku. Ia berkata jika ia sudah
menungguku di pintu gerbang. Aku langsung berdiri hendak menuju ke mobil.
Dduugg ,. Awww!!! Sebuah bola tenis mendarat di kepalaku. Tepatnya di jidat
dekat pelipis mataku. Sakit sekali. Sepertinya ini akan memar. Sempat
pandanganku sedikit agak kabur. Aku duduk lagi, sambil tanganku mengusap-usap
bagian yang sakit.
“ Aduhh,..” rintihku.
“ Are you okay, I’m sorry.” Ucap seseorang
yang berlari dari tengah lapangan tenis.
“ I’m okay. A little insane.” Aku
menjawab.
“ Have I take you to UKS?”. Dia
bertanya padaku.
“ No, I’m okay. I think I just
need rest at home. I have to leave..”. Aku berjalan cepat meninggalkan dia.
“ I’m really sorry. I’m Harry. What
is your name???” di berteriak padaku.
“ My name is Diana.” Jawabku.
Ketika
hendak masuk mobil, aku teringat sesuatu. Ponselku tertinggal di kursi tadi.
Aku harus mengambilnya. Pak Hadi aku suruh untuk memindahkan mobilnya ke tempat
yang yang lebih teduh. Karena di depan gerbang akan menghalangi mobil yang lain
untuk keluar masuk. Sementara, aku berjalan cepat menuju ke tempatku
sebelumnya. Masih seperti keadaan yang aku tinggalkan. HP ku masih tergeletak
di kursi itu. Aku langsung mengambilnya dan berlari lagi. Kulihat mamaku sudah
mengirimiku beberapa sms agar aku segera pulang. Kata mamaku ada acara penting.
Dengan
nafas terengah-engah aku masuk mobil. “Jalan pak” kataku , sementara
jari-jariku sibuk menekan keypad membalas sms mamaku. Aku rasa Pak Hadi tidak
mendengarku. Kualihkan pandanganku menuju Pak Hadi. Astaga,. !! itu bukan Pak
Hadi. Disampingku, seorang laki-laki membawa gitar menatapku dengan heran dan
penuh tanda tanya. Aku juga menatap wajahnya yang menurutku terlihat agak pucat
karna warna jingga di bibirnya itu. Apalagi ditambah rambutnya yang pirang dan
kulitnya yang begitu putih.
“ I think it’s my car. I’m sorry,
I’m wrong”, kataku.
“ It’s ordinary happen”. Katanya.
“ I have to go home,. Bye!”
“ Wait, Are you from Indonesia?”
tanya dia. Aku menghentikan niatku untuk keluar dari mobil.
“ How do you know?” aku mulai
tertarik dengannya.
“ Your words, and I have a little
sister live in Indonesia. Last year, I went to Indonesia and lived there for a
week. Met my sister. I like Indonesia”. Ia menjelaskan padaku.
“ I’m happy to hear that. By the
way, I’m Diana. And you?” tanyaku.
“ I’m Niall Horan. You can call
me Niall”.
“ Ok Niall, nice to meet you.
Bye”
“Bye”.
Aku
keluar dari mobil yang kebetulan sama denganku itu. Sejujurnya aku malu dengan
kejadian itu. Saat hendak menutup pintu mobil dan menuju ke mobilku yang asli,
tiba tiba seorang laki-laki yang menunggangi skateboard menyerempetku. Dia
mengenai belakang tasku dan aku hampir terjatuh. Kulihat di tasnya ada tulisan
“Louis”. Mungkin namanya Louis. Huh, dasar!!!. Aku di buat kesal. Kuamati ia,
memang ia agak ugal-ugalan dan yah kalian tau lah, penampilannya berantakan.
“Hey,. Stop!!!” Aku meneriakinya
tapi ia tak menggubris sama sekali.
***
Selama
perjalanan pulang, aku terus memikirkan apa yang seharian ini terjadi padaku.
Aku teringat dengan seseorang yang memberikan warna baru pada jidatku.
Laki-laki berambut keriting dan panjang itu sunggguh luar biasa. Sepertinya ia
sangat peduli dengan orang lain. Seorang pemain tenis tidak kalah keren juga
dengan pemain basket. Ataukah, Liam yang seperti ingin menunjukkan keahlianya
bermain basket itu. Menurutku itu terkesan agak caper. Ataukah Zayn yang
menurutku cool dan apakah kamu tau, di mejanya ada sebuah cermin. Ha? Cermin?,
iya , mungkin ia harus memastikan apa yang melekat padanya itu cocok dengannya.
Hahaha. Niall yang membawa gitar itu menurutku ia suka musik, tapi aku suka
gaya pakaiannya yang sporty. Huh, kalau yang satu ini membuatku agak sedikit
jengkel, Louis. Dari apa yang aku lihat, mungkin ia orangnya cuek dan paling
berantakan dari 4 orang yang kulihat sebelumnya. Semoga saja ia orang yang baik
meskipun ia belum minta maaf padaku.
Hari
pertamaku di sekolah yang luar biasa. Ini terkesan agak lebai dan mirip seperti
di sinetron. Mungkin aku akan sedikit benci pada Louis. Tapi percayalah, ini
tidak akan seperti yang kalian duga. Kita tunggu saja apa yang terjadi
selanjutnya. Have fun !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar