Pages

Senin, 19 Oktober 2015

Desaku

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Hai teman-teman semua! Jumpa lagi dengan saya seorang gadis dari desa, ciyeelahh,..hehehe. Semoga anda sekalian dalam lindungan-Nya. Aamiin. Dalam kesempatan kali ini saya akan membagikan sedikit cerita yah, cerita lagi, cerita lagi, semoga kalian gak bosen ya,. Hehehe
Sebagian dari kalian mungkin pernah berpikir jika hidup di kota lebih nyaman, lebih baik, dan lebih segala-galanya dari hidup di desa. Di desa itu kuno, tradisional, sepi dan nggak banget deh. Taapiii jangan salah guys... di desa itu..
Masa remaja adalah masa mencari jati diri. Banyak waktu yang dihabiskan bersama teman. Kebanyakan teman sekolah kita, bahkan berkumpul bersama keluarga itu jarang. Anak SLTA mungkin sibuk dengan sekolahnya. Pagi berangkat sekolah, siang main bersama teman, malam mengerjakan tugas, duh sibuknya. Begitupun mahasiswa juga sama. Mungkin dengan kesibukan itu, kita juga jarang memperhatikan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Kalau nggak sekolah ya rumah, kalau nggak kampus ya rumah. Ya kan???
Tapi aku mungkin seorang yang agak kuper yah, jarang jalan-jalan sama teman, sebenarnya sih pengen tapi nggak ada yang ngajak (critanya curhat nih)(plis, peka dong).. Aku tinggal di sebuah desa yang kecil. Suatu hari aku disuruh membantu orang tua. Kedua orang tuaku adalah seorang petani.
Aku pergi ke sawah di sebelah timur rumahku. Aku membantu mengangkat padi untuk dibawa pulang. Di sela-sela menunggu, aku termenung. Sungguh indahnya hamparan padi menguning sepanjang mata memandang. Orang-orangan sawah bergoyang-goyang mengusir tikus yang hendak merampas padi dari petani. Suaranya sungguh khas sekali, suara dedaunan padi bergesekan tertiup angin. Yang ini aku suka. Gemercik air sungai membasahi setiap celah tanah yang retak karena kemarau. Sungguh suasana yang asri dan damai. Para petani saling bercengkerama sambil menuai padinya. Sungguh kenapa baru sekarang ini aku menyadarinya.
Setiap orang perlu mensyukurinya. Kita tidak bisa meminta dilahirkan di desa maupun di kota. Orang desa ingin hidup di kota, orang kota ingin hidup di desa. Tapi inilah lingkungan kita. Di desa, walaupun sepi tetapi asri dan damai. Udaranya sejuk dan segar. Air nan jernih berlimpah. Masih banyak pepohonan yang melindungi kita dari sengatan matahari. Masyarakatnya sangat ramah dan murah senyum. Sungguh, itu semua adalah kelebihan di desa. Tapi, di sini saya tidak menjabarkan suasana di kota, karena saya belum pernah tinggal di kota. hehehe
Aku senang tinggal di lingkunganku, di desaku. Tapi di manapun kita tinggal, hendaknya kita tetap menjaga lingkungan tempat tinggal kita. Jangan mengotori lingkungan dengan membuang sampah sembarangan. Jangan merusak ekosistem ya. Semua ini sudah diciptakan Allah SWT dengan sempurna, tapi manusia hanya bisa merusaknya. Jagalah lingkungan kita, walaupun itu dari hal yang terkecil seperti rumah kita. Mulailah dari diri sendiri, dari yang terkecil dan mulai dari sekarang. Kalau bukan kita siapa lagi???
Sekian cerita dari saya, ada kekurangannya/ kesalahannya saya mohon maaf. Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.Assalamu’alaikum Wr.Wb
Hai teman-teman semua! Jumpa lagi dengan saya seorang gadis dari desa, ciyeelahh,..hehehe. Semoga anda sekalian dalam lindungan-Nya. Aamiin. Dalam kesempatan kali ini saya akan membagikan sedikit cerita yah, cerita lagi, cerita lagi, semoga kalian gak bosen ya,. Hehehe
Sebagian dari kalian mungkin pernah berpikir jika hidup di kota lebih nyaman, lebih baik, dan lebih segala-galanya dari hidup di desa. Di desa itu kuno, tradisional, sepi dan nggak banget deh. Taapiii jangan salah guys... di desa itu..
Masa remaja adalah masa mencari jati diri. Banyak waktu yang dihabiskan bersama teman. Kebanyakan teman sekolah kita, bahkan berkumpul bersama keluarga itu jarang. Anak SLTA mungkin sibuk dengan sekolahnya. Pagi berangkat sekolah, siang main bersama teman, malam mengerjakan tugas, duh sibuknya. Begitupun mahasiswa juga sama. Mungkin dengan kesibukan itu, kita juga jarang memperhatikan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Kalau nggak sekolah ya rumah, kalau nggak kampus ya rumah. Ya kan???
Tapi aku mungkin seorang yang agak kuper yah, jarang jalan-jalan sama teman, sebenarnya sih pengen tapi nggak ada yang ngajak (critanya curhat nih)(plis, peka dong).. Aku tinggal di sebuah desa yang kecil. Suatu hari aku disuruh membantu orang tua. Kedua orang tuaku adalah seorang petani.
Aku pergi ke sawah di sebelah timur rumahku. Aku membantu mengangkat padi untuk dibawa pulang. Di sela-sela menunggu, aku termenung. Sungguh indahnya hamparan padi menguning sepanjang mata memandang. Orang-orangan sawah bergoyang-goyang mengusir tikus yang hendak merampas padi dari petani. Suaranya sungguh khas sekali, suara dedaunan padi bergesekan tertiup angin. Yang ini aku suka. Gemercik air sungai membasahi setiap celah tanah yang retak karena kemarau. Sungguh suasana yang asri dan damai. Para petani saling bercengkerama sambil menuai padinya. Sungguh kenapa baru sekarang ini aku menyadarinya.
Setiap orang perlu mensyukurinya. Kita tidak bisa meminta dilahirkan di desa maupun di kota. Orang desa ingin hidup di kota, orang kota ingin hidup di desa. Tapi inilah lingkungan kita. Di desa, walaupun sepi tetapi asri dan damai. Udaranya sejuk dan segar. Air nan jernih berlimpah. Masih banyak pepohonan yang melindungi kita dari sengatan matahari. Masyarakatnya sangat ramah dan murah senyum. Sungguh, itu semua adalah kelebihan di desa. Tapi, di sini saya tidak menjabarkan suasana di kota, karena saya belum pernah tinggal di kota. hehehe
Aku senang tinggal di lingkunganku, di desaku. Tapi di manapun kita tinggal, hendaknya kita tetap menjaga lingkungan tempat tinggal kita. Jangan mengotori lingkungan dengan membuang sampah sembarangan. Jangan merusak ekosistem ya. Semua ini sudah diciptakan Allah SWT dengan sempurna, tapi manusia hanya bisa merusaknya. Jagalah lingkungan kita, walaupun itu dari hal yang terkecil seperti rumah kita. Mulailah dari diri sendiri, dari yang terkecil dan mulai dari sekarang. Kalau bukan kita siapa lagi???
Sekian cerita dari saya, ada kekurangannya/ kesalahannya saya mohon maaf. Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

2 komentar: