Pages

Jumat, 15 Mei 2015

FIRST DAY AT SCHOOL

Mata ini masih berat untuk kubuka. Menatap setiap kotak langit-langit kamar. Sinar mentari hangat menyentuh sebagian raga ini. Angin bertiup memainkan setiap helai tirai yang terbuat dari cangkang kerang itu. Suaranya sungguh khas sekali. Aku masih terlena. Menikmati hangat selimut yang belum pernah kukenakan sebelumnya. Hangat seperti kebersamaan dengan orang yang kita sayangi. Lembut seperti suara tawa bahagia mereka. Ohh... betapa aku merindukan saat-saat seperti itu. Kukedipkan mataku berkali-kali, hingga aku sadar bahwa ini sudah seharusnya aku bangun.
“Hah? Sudah pukul 6.?? Gawat aku bisa terlambat”. Aku langsung segera mandi. Ini adalah hari yang begitu penting. Hari pertamaku masuk sekolah baru. Papa dan mamaku mendaftarkan aku di suatu sekolah yang cukup terkenal di London. Sebelumnya aku tinggal di Indonesia. Mama dan Papaku pindah ke London karena tuntutan pekerjaan. Papaku ingin kami tinggal bersama-sama. Jadi kita semua pindah ke London.
 Setelah selesai menpersiapkan semuanya, sragam, buku dan tak lupa uang, aku turun ke bawah untuk sarapan. Tak kudengar suara sendok dan garpu beradu. Ruang makan begitu sepi. Aku melihat sepiring nasi goreng dan segelas susu berada di meja. “ini sarapan pagimu”, itulah yang tertulis di sebuah kertas kecil di dekat piring. “ya sudahlah. Apa boleh buat? Dasar orang sibuk”, kataku sedikit jengkel. Ting-ting, suara dering sms dari hpku. Dari mama, “supir akan mengantarkanmu ke sekolah”. Oke, jadi hari ini aku akan diantar oleh pak Hadi. Sudah 6 tahun pak Hadi bekerja untuk keluargaku, jadi walaupun pindah ke London, Pak Hadi ikut diajak. Kebetulan laki-laki yang berumur 50 tahun itu hidup sebatang kara, hanya tinggal bersama kami saja.
Aku belum tau letak sekolahku. Tapi Pak Hadi tau. Mobil BMW hitam itu sudah berada di depan rumah, juga Pak Hadi yang terlihat lebih rapi daripada biasanya.
“Pak, mama sama papa kemana? Sudah berangkat kerja ya?”, tanyaku.
“Sudah non, mereka bilang banyak yang harus dikerjakan”. Jawab pak Hadi dengan sopan.
Aku lalu masuk mobil. Menuju ke sekolah baruku. Selama dalam perjalanan, aku sibuk memikirkan bagaimana suasana di sekolah nanti. Apakah mereka akan bersikap baik terhadapku?. Pasti akan ada tiga orang cewek yang selalu bersama-sama membentuk sebuah geng yang namanya begitu aneh. Mereka sibuk menjahili kaum yang lemah, hhmm sudah seperti di sinetron saja. Tapi semoga saja itu tidak benar, ini kan London, bukan Indonesia. Setelah 30 menit, melewati gedung-gedung tinggi, pusat perbelanjaan, taman kota dan perpustakaan kota, sampailah aku di sekolahku. One Directon High School. Wahhh,. Aku terkagum-kagum saat tiba disana. Bangunan megah berdiri kokoh dalam area yang sangat luas itu.
                Aku berjalan melewati pintu gerbang yang besar dan tingggi itu, yang di atasnya terdapat tulisan One Direction High School. Aku melihat sekelilingku, begitu indah sekali. Di beberapa titik terdapat taman kecil yang begitu ingin aku singgahi dan membuat beberapa foto selfie. Tapi setelah beberapa menit aku berjalan sendirian, tak kujumpai kelas bertuliskan XI Take Me Home 1. Huh,. Aku capek sekali. Aku lalu duduk di bawah pohon dekat lapangan basket. Memahami setiap senti dari denah yang diberikan mamaku tadi malam. Tapi semilir angin merenggutnya dariku. Terbang melayang dan akhirnya mendarat di dekat kaki seseorang. Seorang laki-laki yang mengenakan kaos olahraga basket. Duduk di kursi panjang tak jauh dari tempatku. Dia sedang membaca buku, memakai topi dan headset terkalung di lehernya. Di lenganya terdapat tulisan Captain. Mungkin ia seorang kapten tim basket. Aku sangat rinci melihatnya, sepertinya dia orang yang tampan. Ku harap begitu...
                Setelah otakku bekerja keras memikirkan apa yang harus ku lakukan, sepertinya aku harus menghampirinya. Ya, aku harus. Aku mengumpulkan semua keberanianku. Kulangkahkan kakiku dengan pasti, menapaki setiap kotak keramik yang bersih dengan tetesan embun di tepinya.
“Excuse me, mmm.. can you move your feet , please.” Aku bertanya dengan terbata-bata, ini pertama kalinya aku berbahasa inggris dengan orang luar negri secara langsung. Cukup membuatku deg-degan.
“what? What are you say?”.
“ I just wanna take my map, it’s near your feet. Hh..”
“ oh,. I’m sorry. Alright.” Dia malah mengambilkannya untukku.
“Thank you”.
“You’re welcome. Are you new student? I never met you before.” Tanya dia.
“ Yes, I am new student. Ok, I’m Diana from Indonesia.” Jawabku gugup.
“ ohh,. Nice to meet you, bye”.
“Nice to meet you too..” dengan mulut agak melongo aku meyaksikan dia pergi, sepertinya ada sesuatu yang penting. Aku lega petaku sudah kembali. Aku masih senyum-senyum sendiri. Orang itu sungguh tampan. By the way, tadi itu namanya siapa ya? Adduuhh,. Kenapa aku tadi nggak tanya ya? Kok lupa sih.. Hmmm mungkin aku harus berlanjut dengan pencarianku. Kini pikiranku aku fokuskan untuk mencari kelas XI Take Me Home itu. Tak berapa lama kemudian aku menemukannya. Apa yang ini?, di atasnya terdapat tulisan yang menunjukkan bahwa itu kelas yang aku cari. Hhuhh, akhirnya...
                Tapi, pintunya tertutup. Mungkin saat ini sudah mulai pelajaran. Kulihat jam berwarna pink di tanganku, pukul 08.00. Hah? Gawat. Lagi-lagi aku berusaha keras mengumpulkan keberanianku untuk mengetuk pintu. Tok tok tok. Seorang wanita cantik dan masih muda membukakan pintu. Mungkin umurnya sekitar 30 tahun. Tapi wajahnya memerah saat melihatku.  Dia tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetya. Lalu dia mempersilahkan aku masuk kelas. Sebelum aku diberi waktu untuk memperkenalkan diriku, wanita itu meminta maaf padaku..
“why?” aku bertanya tak mengerti..
Dia menjelaskan panjang lebar. Sebenarnya ia diperintahkan oleh Bapak kepala sekolah untuk mendampingiku, menyambutku di gerbang depan sekolah dan mengantarkan ke kelas, tapi karena sesuatu hal, ia lupa. Baiklah, itu sedikit menyedihkan untuk didengar. Gara-gara ini aku harus bersusah payah mencari kelas ini. Tapi kecantikan dan keramah tamahannya melenyapkan amarahku. Tak apalah, toh aku sudah menemukannya..
                “ Hai, Good morning. My name is Diana Clarissa Putri. You can call me Diana. I’m from Indonesia. Nice to meet you..”. itulah ucapan perkenalanku di depan kelas. Ms. Emma, itulah yang aku lihat pada nametag di bajunya, ia mempersilahkan aku duduk. Tapi aku bingung, di sana ada dua bangku kosong. Di depan sendiri, tepat di depan meja guru. Dan yang satunya di pojok kanan paling belakang. Pikiranku pergi berkeliling mencari beberpa kemungkinan mengapa tempat itu tak ada yang menempati. Pertama, kursi yang di depan, apakah gurunya akan menjelaskan panjang kali lebar sehingga bukunya akan basah karena hujan lokal. Kedua, kursi yang di belakang, apakah karena itu angker. Sungguh seperti yang ada di sinetron. Aku benar-benar bingung.
                Aku melihat satu per satu ekspresi wajah mereka. Sungguh sulit kutebak. Aku berpendapat bahwa apa yang terlihat di luar, belum tentu sama dengan yang di dalam. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di belakang. Yah, cukup nyaman. Aku menghela nafas berkali-kali. Menenangkan diriku. Tapi entah mengapa, badanku agak sedikit menggigil. Ternyata ruangan ini ber-AC. Huh, aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. Sesekali memegangi leherku untuk mendapatkan kehangatan. Kemudian tak kusangka seseorang di sebelahku, memberikan sebuah botol kecil. Itu minyak, katanya untuk membuat badanku hangat..
“ This is for you, it will make your body keep warm,..” ucap laki-laki itu..
“ Thank you,. I’m Diana”.
“ I’m Zayn” ucapnya singkat.
Aku belum bisa memalingkan wajahku darinya. Sungguh membuatku, mmm tak bis kukatakan. Rambutnya hitam, seperti rambutku. Jambang tipis menghisasi wajah putihnya. Alisnya tebal dan matanya agak sedikit kecoklatan.
“ Are you okay???” tanya Zayn.
“ oh, yeah. I just...
                Seseorang menyelonong masuk. Memecah suasana yang begitu sepi. Mataku tertuju padanya. Seseorang berbaju basket yang kutemui pagi tadi. Ia meminta maaf pada Ms. Emma atas keterlambatannya. Kemudian ia duduk. Aku harap sebelum ia duduk, ia melihatku dan sedikit menyimpulkan senyum untukku. Tapi tidak. Sepertinya ia orang yang agak cuek.
***
                Kepenatanku menghilang setelah lonceng dibunyikan. Tapi aku bingung, Pak Hadi belum menjemputku, karena ada masalah dengan mobilnya. Aku berjalan pelan melewati setiap koridor yang agak gelap dan cukup sepi. Sendiri, sepi, dan tak ada yang bisa ku ajak bicara. Setiap detik menguatkan detak jantungku karena aku mendengar hentakan kaki mulai mendekatiku dari belakang. semakin kuat, semakin dekat dan aku ingin segera keluar dari lorong yang gelap itu. Saat aku berhasil keluar dan akhirnya tiba di taman dekat lapangan basket, tiba-tiba seseorang menepuk pundaku. Aku berbalik badan.
“ Hey,..!!! why dou you run?”, kata laki berseragam basket itu terengah-engah.
“ No, I don’t know it is you..”, jawabku.
“ We are classmates, I’m Liam. Liam Payne”. Katanya memperkenalkan diri.
“ Do you want to see  me play basketball?” ia menambahkan.
“ It will be nice”, sahutku.
“ Ok, let’s go!” ia mengajakku.
                Aku duduk di kursi panjang di bawah pohon yang agak besar diantara dua lapangan. Lapangan basket dan lapangan tenis. Kebetulan hari ini jam pelajaran berakhir lebih awal. Aku bisa bersantai di sini, bersama semilir angin yang kelihatannya senang memainkan helai rambutku yang sengaja tak aku ikat. Aku melihat Liam bermain basket. Tak heran jika ia menjadi kapten. Permainannya sangat menakjubkan. Aku heran, saat ini aku sedang melihat permainan basket yang sebelumnya jarang aku lihat. Dan akupun tak tau peraturan dan cara bermainnya. Tapi aku pikir, kenapa ya orang yang berhubungan dengan basket selalu keren???.
                Tak terasa sudah hampir satu jam aku duduk di sini. Tersihir dengan kepiawaiannya bermain basket. Sunggguh luar biasa. Aku hendak menghampirinya, tapi dering ponsel menghentikanku. Pak Hadi meneleponku. Ia berkata jika ia sudah menungguku di pintu gerbang. Aku langsung berdiri hendak menuju ke mobil. Dduugg ,. Awww!!! Sebuah bola tenis mendarat di kepalaku. Tepatnya di jidat dekat pelipis mataku. Sakit sekali. Sepertinya ini akan memar. Sempat pandanganku sedikit agak kabur. Aku duduk lagi, sambil tanganku mengusap-usap bagian yang sakit.
“ Aduhh,..” rintihku.
“ Are you okay, I’m sorry.” Ucap seseorang yang berlari dari tengah lapangan tenis.
“ I’m okay. A little insane.” Aku menjawab.
“ Have I take you to UKS?”. Dia bertanya padaku.
“ No, I’m okay. I think I just need rest at home. I have to leave..”. Aku berjalan cepat meninggalkan dia.
“ I’m really sorry. I’m Harry. What is your name???” di berteriak padaku.
“ My name is Diana.” Jawabku.
                Ketika hendak masuk mobil, aku teringat sesuatu. Ponselku tertinggal di kursi tadi. Aku harus mengambilnya. Pak Hadi aku suruh untuk memindahkan mobilnya ke tempat yang yang lebih teduh. Karena di depan gerbang akan menghalangi mobil yang lain untuk keluar masuk. Sementara, aku berjalan cepat menuju ke tempatku sebelumnya. Masih seperti keadaan yang aku tinggalkan. HP ku masih tergeletak di kursi itu. Aku langsung mengambilnya dan berlari lagi. Kulihat mamaku sudah mengirimiku beberapa sms agar aku segera pulang. Kata mamaku ada acara penting.
                Dengan nafas terengah-engah aku masuk mobil. “Jalan pak” kataku , sementara jari-jariku sibuk menekan keypad membalas sms mamaku. Aku rasa Pak Hadi tidak mendengarku. Kualihkan pandanganku menuju Pak Hadi. Astaga,. !! itu bukan Pak Hadi. Disampingku, seorang laki-laki membawa gitar menatapku dengan heran dan penuh tanda tanya. Aku juga menatap wajahnya yang menurutku terlihat agak pucat karna warna jingga di bibirnya itu. Apalagi ditambah rambutnya yang pirang dan kulitnya yang begitu putih.
“ I think it’s my car. I’m sorry, I’m wrong”, kataku.
“ It’s ordinary happen”. Katanya.
“ I have to go home,. Bye!”
“ Wait, Are you from Indonesia?” tanya dia. Aku menghentikan niatku untuk keluar dari mobil.
“ How do you know?” aku mulai tertarik dengannya.
“ Your words, and I have a little sister live in Indonesia. Last year, I went to Indonesia and lived there for a week. Met my sister. I like Indonesia”. Ia menjelaskan padaku.
“ I’m happy to hear that. By the way, I’m Diana. And you?” tanyaku.
“ I’m Niall Horan. You can call me Niall”.
“ Ok Niall, nice to meet you. Bye”
“Bye”.
                Aku keluar dari mobil yang kebetulan sama denganku itu. Sejujurnya aku malu dengan kejadian itu. Saat hendak menutup pintu mobil dan menuju ke mobilku yang asli, tiba tiba seorang laki-laki yang menunggangi skateboard menyerempetku. Dia mengenai belakang tasku dan aku hampir terjatuh. Kulihat di tasnya ada tulisan “Louis”. Mungkin namanya Louis. Huh, dasar!!!. Aku di buat kesal. Kuamati ia, memang ia agak ugal-ugalan dan yah kalian tau lah, penampilannya berantakan.
“Hey,. Stop!!!” Aku meneriakinya tapi ia tak menggubris sama sekali.
***
                Selama perjalanan pulang, aku terus memikirkan apa yang seharian ini terjadi padaku. Aku teringat dengan seseorang yang memberikan warna baru pada jidatku. Laki-laki berambut keriting dan panjang itu sunggguh luar biasa. Sepertinya ia sangat peduli dengan orang lain. Seorang pemain tenis tidak kalah keren juga dengan pemain basket. Ataukah, Liam yang seperti ingin menunjukkan keahlianya bermain basket itu. Menurutku itu terkesan agak caper. Ataukah Zayn yang menurutku cool dan apakah kamu tau, di mejanya ada sebuah cermin. Ha? Cermin?, iya , mungkin ia harus memastikan apa yang melekat padanya itu cocok dengannya. Hahaha. Niall yang membawa gitar itu menurutku ia suka musik, tapi aku suka gaya pakaiannya yang sporty. Huh, kalau yang satu ini membuatku agak sedikit jengkel, Louis. Dari apa yang aku lihat, mungkin ia orangnya cuek dan paling berantakan dari 4 orang yang kulihat sebelumnya. Semoga saja ia orang yang baik meskipun ia belum minta maaf padaku.

                Hari pertamaku di sekolah yang luar biasa. Ini terkesan agak lebai dan mirip seperti di sinetron. Mungkin aku akan sedikit benci pada Louis. Tapi percayalah, ini tidak akan seperti yang kalian duga. Kita tunggu saja apa yang terjadi selanjutnya. Have fun !!!